0

Pelajaran Hari Ini


“Ya, Nak, ada apa?” tanyaku dengan senyum.

Diam sejenak. Diam Lama. Diam. Diam. Diam.

“Mau apa, Nak?” tanyaku untuk yang ke sekian kali.

Lama terdiam. Diam. Dia masih terdiam.

Hampir satu menit menunggu jawaban, kemudian…

“Telepon.”

Aku lega mendengar dia menjawab. Menjelaskan kedatangannya ke ruang kantor.

Diam lagi. Aku tanya ini itu. Dia masih diam. Bungkam.

“Hafal nomornya?”

Diam. Diam. Tak lama dia mengangguk.

“Coba sebutkan nomornya.”

Dia masih diam. Merapatkan mulut sambil jari tangan melilitkan ujung bajunya. Dia terlihat gugup.

“Ya sudah, kamu yang tekan nomornya ya.”

Tut berbunyi dua belas kali.

Terdengar tiga kali nada tunggu. Aku masih bingung menyampaikan apa ke Bundanya. Mencoba menebak isi kepalanya.

“Ini bicara dengan Bunda.” pintaku sambil menyodorkan gagang telepon.

Tangannya gemetar memegang gagang telepon. Tapi dia masih diam. Diam. Diam. Diam.

Aku yang angkat bicara setelah mengambil alih gagang telepon yang dipegangya.

“Ya, Bunda, Ananda tidak mau bicara menelepon untuk apa, tapi Bunda sudah tahu kalau hari ini pulang jam sebelas?” kataku menjelaskan.

Suara di ujung telepon terdengar jelas mengiyakan. Dan telepon di tutup.

Dia belum beranjak. Setelah aku menjelaskan dia masih diam. Pasti ada hal yang ingin dia sampaikan.

“Ya, Nak, kamu mau bilang apa? Ngomong coba.”

Lagi-lagi diam dengan tatapan yang aku tak mengerti.

Sepuluh detik hanya saling tatap. Lalu…

“Minta bawain buku tematik.”

Terbalik, sekarang aku yang terdiam. Terpesona dengan empat kata yang terlontar dari mulutnya.

Aku melangkah ke pesawat telepon.

Redial.

Paling tidak aku bisa mendengar dia bicara setelah berkali-kali aku sapa ketika berpapasan di depan teras kelasnnya dan tak pernah sekalipun di jawab olehnya. 

16 Desember 2013 Senin
Kantor 1045